Jumat, 09 Juli 2010

Kasta Baru Pendidikan


ADA kecenderungan warga kelas menengah ke atas kian tergila-gila untuk menyekolahkan anaknya di sekolah bertaraf internasional. Akibat tingginya permintaan itu, sekolah-sekolah pun sibuk mendirikan kelas-kelas internasional.

Berbagai fasilitas pun disulap. Ada pendingin ruangan, komputer, serta laboratorium yang lengkap. Tak ketinggalan, pelajaran pun dikemas dan disampaikan dalam bahasa Inggris.

Awalnya pihak swasta yang memprakarsai kelas dan sekolah internasional. Label 'internasional' itu sepenuhnya dibiayai orang tua murid. Di sini tak ada lagi pendidikan sebagai fungsi sosial, atau merupakan amanah Preambul Konstitusi, tetapi semata urusan dagang. Ada mutu, ada harga.

Sekolah-sekolah negeri pun kemudian tertarik mengikuti rekannya yang swasta itu. Label 'internasional' pun ditambahkan pada sejumlah sekolah negeri.

Celakanya, persis seperti sekolah swasta, label 'internasional' sekolah negeri itu pun harus pula dibiayai sendiri oleh orang tua. Di titik ini, tak ada lagi perbedaan sekolah swasta dan sekolah negeri. Padahal, apa pun predikat dan label yang disandang sekolah negeri, ia mestinya sepenuhnya dibiayai negara.

Yang terjadi ialah banyak sekolah negeri yang memaksakan diri. Sekolah negeri hanya menyiapkan ruang kosong, sedangkan tersedianya fasilitas untuk mendapat label internasional menjadi kewajiban orang tua murid.

Akibatnya, sekolah negeri bertaraf internasional memungut biaya hingga Rp28,5 juta per murid. Padahal, Kementerian Pendidikan Nasional telah mengalokasikan untuk setiap sekolah negeri berlabel internasional dana sebesar Rp300 juta-Rp500 juta/tahun.

Kita khawatir sekolah negeri bertaraf internasional hanya menambah lebar dan dalamnya kesenjangan sosial di tengah masyarakat. Mahalnya biaya mengakibatkan hanya anak-anak kalangan tertentu yang dapat menikmatinya. Anak-anak kelompok masyarakat miskin, tetapi cerdas, hanya menjadi penonton.

Sesungguhnya adalah kewajiban negara untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional terutama melalui sekolah negeri. Menghasilkan anak bangsa dengan kecerdasan yang bersaing di tingkat dunia jelas urusan dan tanggung jawab negara. Negaralah yang seharusnya dengan sadar menciptakan lebih banyak lagi sekolah negeri bertaraf internasional. Melemparkan kewajiban pembiayaannya kepada warga, jelas bukan contoh negara yang bertanggung jawab.

Konstitusi telah mematok anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Untuk tahun anggaran 2010 besarnya sekitar Rp209 triliun. Dari anggaran itulah seharusnya dialokasikan untuk membangun sekolah negeri bertaraf internasional secara bertahap.

Terus terang negara ini pada kenyataannya tidak memiliki politik pendidikan. Salah satu buktinya ialah terus dipertahankannya ujian nasional, tanpa memperbaiki sisi proses belajar dan mengajar. Daripada uang negara disia-siakan untuk membiayai ujian nasional, jauh lebih baik bila uang itu dipakai untuk memperbaiki proses pendidikan yang mengubah input menjadi output. Adalah kebodohan, berharap terjadi peningkatan mutu output tanpa memperbaiki proses konversi dari input menjadi output.

Membiarkan sekolah negeri sesukanya membuat sekolah internasional, dan serentak dengan itu menciptakan kasta dalam dunia pendidikan, juga bukti tersendiri bahwa negara tidak memiliki politik pendidikan yang adil.

Sangat memprihatinkan jika anak-anak dari keluarga miskin, tetapi cerdas akhirnya tergilas karena kemiskinannya.

Sumber: Media Indonesia Online
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/31/145984/
70/13/Kasta-Baru-Pendidikan-

Kamis, 03 Juni 2010

??.. KEMANA NASIONALISME KITA .. ??

Apa yg kita nikmati saat ini,adalah hasil dari perjuangan Nenek Moyang dan pejuang kita terdahulu.Yang kini kita sebut mereka dengan sebutan leluhur dan Pahlawan Bangsa.

Kini para anak bangsa harus meneruskan dan menghormati perjuangan mereka.Namun,bagi saya mungkin itu hanya seonggok kalimat belaka.

Bagaimana bisa.Kita upacara bendera hanya seminggu sekali,berdiri 2 jam saja sudah tak becus,tak sebanding dengan perjuangan Pahlawan kita.Ada lagi dulu,yang pernah saya tonton di berita,orang-orang berdemonstrasi saat ada sebuah negara sedang dalam kekacauan.Demonstran yang marah dengan sebuah negara,ehh....mereka malah menurunkan bendera merah putih yg sudah dengan gagahnya berkibar.Yg marah sama negara lain,ngapain bendera merah putih yg di turunin.Ada juga,mereka membawa spanduk yang d ikat d kepala'n berisi tulisan,SAYA CINTA NEGARA ini.....! Lhaa untuk apa kita cinta negara lain,menghormati Bangsa sendiri saja masih belum bisa,jangankan memahami,hafal Pancasila saja masih tak becus.Kalau begitu jadi saja warga negara mereka,untuk apa tanah air Indonesia menampung seseorang yang tak punya rasa nasionalis seperti itu.Kemana rasa patriotisme anak Indonesia saat ini?ck...ck...ck.

Kita merasa prihatin memang boleh.Ingin menolong sesama manusia,tentu itu diharuskan oleh Tuhan,dimanapun itu!walau kita berbeda-beda suku,ras dan agama.Seperti halnya keikut sertaan bangsa Indonesia menjaga perdamaian dunia.
Namun janganlah sampai segitunya,janganlah rusak rasa kesatuan kita dengan perbedaan" trsebut....!
Ada juga saat ini setiap ada masalah dikit" demo,konflik,cekcok,brante
m,rusuh.Banyak korban akhirnya!jangan gtu donk.Unjukrasa boleh,tapi tidak bisakan dengan DAMAI....!padahal sejak SD hingga kini setiap pelajaran IPS dan Pkn kita diajarkan untuk bermusyawarah setiap ada masalah.
Jadi intinya saat ini adalah kita harus mempunyai jiwa nasionalis tidak hanya sekedar merayakannya saat hari kemerdekaan.Dalam kehidupan sehari-hari pun kita harus terapkan.Dan satu lagi DAMAI,sebuah kata yg singkat namun sungguh luas,bermakna dan besar artinya bagi bangsa Indonesia dan dunia.

Rabu, 02 Juni 2010

BABAD KERAJAAN BADUNG

Cokorda Ngurah Agung (1989) dalam tulisannya, Lintasan Babad Badung menjelaskan bahwa cikal bakal munculnya kerajaan Badung di Bali Selatan tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan di kerajaan Mengwi. Dalam catatan sejarah terlihat bahwa Mengwi sudah mengklaim Badung sebagai bagian wilayahnya, sebelum Badung dikembangkan menjadi sebuah kerajaan pada abad berikutnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, daerah yang namanya Badung itu, belumlah banyak dihuni orang, sehingga daerah itu dikatakan masih gelap yang dalam bahasa Balinya disebut “badeng” yang berarti gelap. Inilah asal mula perkembangan kata Badung itu.
Dari data-data sejarah sejarah dikatakan, bahwa baik interpretasi Belanda maupun Bali setuju kalau penguasa-penguasa Mengwi, maupun penguasa-penguasa Badung yang muncul kemudian merupakan keturunan bangsawan Jawa, terutama Arya Damar yang sering dikenal sebagai Arya Kenceng ketika Majapahit berkembang pada abad ke-14. Gelgel disebut sebagai pusat kerajaan pertama yang mempunyai pengaruh Majapahit di Bali. Pada akhir abad ke-17 (1686-1687) pecahlah pembrontakan di Gelgel yang memberi banyak pengaruh pada peta politik kekuasaan di Bali. Antara lain dapat disebutkan adanya struktur kekuasaan kerajaan yang terdesentralisasi, sementara dalam perkembangan selanjutnya kemunculan Klungkung dan beberapa kerajaan yang lebih kecil lainnya seperti Badung di Bali Selatan ini lebih mendekati struktur federasi. Inilah fase awal perkembangan kerajaan yang kemudian berkembang menjadi pusat-pusat kerajaan dan akhirnya membemtuk pusat-pusat kota di era perkembangan Bali modern.
Nama Badung menjadi semakin terkenal dalam sejarah Bali pada waktu itu, yakni saat tampilnya tokoh Jambe Pule, bangsawan Badung yang terlibat dalam pertempuran untuk menyerang kekuasaan Gelgel. Pada waktu itu, Badung diperkirakan hanya sebagai kerajaan kecil yang baru berkembang, karena hanya Gelgel lah yang dipercaya menjadi satu-satunya kerajaan yang memainkan peranan penting di Bali (sesuhunan). Helen Creese, sebagai seorang ahli sejarah Bali menyebut periode ini sebagai fase akhir dari sistem politik lama dan mulai berkembangnya sistem politik yang baru (Creese, 1991: 237). Periode ini diikuti dengan semakin munculnya kerajaan-kerajaan yang lebih besar seperti Karangasem, Buleleng dan Mengwi (Schulte-Nordholt, 1988: 23). Sementara itu, kerajaan Badung semakin berkembang akan tetapi tetap di bawah kontrol Mengwi.
Sekitar tahun 1700-an, kerajaan Badung dikatakan menjadi bagian dari kerajaan Mengwi. Di samping kerajaan Badung juga muncul kerajaan kecil lainnya seperti kerajaan Tegal, kerajaan Alang Badung, (sekarang termasuk wilayah Alang Kajeng), yang pada waktu itu masih berada di bawah supremasi kerajaan Mengwi. Pada tahun 1780 telah muncul konflik antara Badung dengan Mengwi karena dominasi politik yang dilakukannya. Selain itu, memang dapat diinterpretasikan konflik itu muncul sebagai akibat keinginan penguasa Badung untuk dapat mandiri terlepas dari kontrol politik Mengwi (Geertz, 1980).
C. Lekkerkerker dalam bukunya “Bali en Lombok: Overzicht der Litteratuur omtrent deze eilanden tot einde 1919”, menyatakan bahwa dalam kurun waktu itulah Badung semakin berkembang di Bali Selatan (C. Lekkerkerker 1920: 192). Alasan yang diajukan oleh Lekkerkerker adalah bahwa pada saat itu seorang yang berasal dari Dinasti Kaleran (Pamecutan) dapat membunuh seorang penguasa di Ksatria. Kemudian pada tahun 1800 ada upaya untuk memindahkan pusat kekuasaan Badung itu oleh Dinasti Pamacutan pada suatu daerah yang masih merupakan taman bunga (Lihat: Silsilah Puri Satria, naskah milik puri Satria Denpasar). Kemudian lokasi kerajaan ini dalam sumber-sumber arsip sejarah seringdisebut dengan Puri Denpasar yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Pamacutan (C. Lekkerkerker 1923).Selanjutnya diupayakanlah pembenahan administrasi kerajaan, diikuti dengan berbagai interaksi yang diwakili oleh Kasiman, puri Pemecutan dan beberapa puri lainnya sebagai kerajaan yang memainkan peranan penting dalam aktifitas perdagangan di Bali pada abad ke-19 (Schulte-Nordholt, 1988: 13). Kemunculan Kasiman ini dapat dilihat akibat sikap meremehkan yang dilakukan oleh oleh penguasa Pamacutan dan Denpasar. Itulah sebabnya puri Kasiman yang berada di sebelah timur mengadakan kontak persahabatan dengan Belanda.
INDAH CINTA

KUBAYANGKAN
KAU ADA DISINI
MENDENGARKAN
ISI HATIKU
MERENUNGKAN SEMUA YANG TERJADI
MERASKAN HATI

KUBAYANGKAN KAU MILIKKU
MENGHIRUP SEGAR INDAH CINTA
SEMUA INI SUDAH TERLANJUR AKU RASAKAN
AKU INGIN KAU ADA DISINI

tEMANI MALAMKU LELAPKAN TIDURKU
GENGGAM ERAT HATI INI
TEMANI MIMIPIKU PEJAMKAN MATAKU
KU TAK INGIN JAUH DARIMU